Minggu, 02 Maret 2014

Bali (Day 2)

Hari ke dua, rute jalan-jalan kita adalah GWK, Dreamland Beach dan Pura Uluwatu. Sebenarnya saya mengejar agar malamnya bisa makan di Jimbaran tapi waktu berkata lain. Tujuan pertama kami adalah Garuda Wisnu Kencana, GWK merupakan karya monumental yang mengagumkan. Terletak di Bukit Unggasan-Jimbaran, Tanjung Nusa Dua, Kabupaten Badung, kira-kira 40 kilometer di sebelah selatan Denpasar.

Garuda Wisnu Kencana berada di atas dataran tinggi batu kapur. Berada di ketinggian 126 meter di atas permukaan tanah atau 263 meter di atas permukaan laut. Di areal taman budaya ini, direncanakan akan didirikan sebuah landmark Bali, yakni patung berukuran raksasa Dewa Wisnu yang sedang menunggangi Garuda setinggi 12 meter. Patung raksasa ini merupakan karya pematung terkenal Bali, I Nyoman Nuarta.
Patung Dewa Wisnu dalam agama Hindu adalah Dewa Pemelihara (Sthiti) yang sedang mengendarai burung Garuda. Sebuah karya yang terinspirasi dari kisah Adi Parwa dalam episode Garuda tentang rasa bakti dan pengorbanan burung Garuda untuk menyelamatkan ibunya dari perbudakan. Garuda lalu mengabdi kepada Dewa Wisnu dengan menjadi alat kendaraannya yang akhirnya dilindungi oleh Dewa Wisnu. Dewa Wisnu dilambangkan sebagai sumber kebijaksaan dan pemelihara dengan menunggang burung Garuda yang merupakan simbol kekuatan dan kemakmuran. GWK adalah simbol kebudayaan yang berbasis keseimbangan alam. Dalam konsep Tri Murthi di mana Dewa Wisnu bertugas untuk memelihara alam semesta dan Garuda sebagai kendaraan Dewa Wisnu merupakan simbol dari pengabdian yang tanpa pamrih. Patung ini dalam tahap pembangunannya meleset dari target yang ditetapkan. GWK dibangun tahun 1997 dan direncanakan awal seluruh bagian patung ini akan selesai tahun 2005 namun proyek ini sempat terhenti terutama karena masalah pendanaan. Masih kurang sekitar 600 miliar untuk merampungkannya. Direncanakan patung GWK ini akan menjadi patung terbesar dan tertinggi di dunia, yaitu 126 meter dengan berat 3.000 ton dan itu mengalahkan Patung Liberty di Amerika Serikat, yaitu 93 meter.Tiket masuk Rp25.000,00 per orang sebuah harga yang sebanding dengan layanan dan fasilitasnya. Di sini Anda dapat menemukan keindahan bangunan Bali melalui kemegahan monumennya dan sekaligus kekhusukan spiritualnya. 










Tujuan berikutnya adalah Dreamland Beach, terletak di sebelah selatan Bali di daerah bernama Pecatu. Tepatnya di kompleks Bali Pecatu Graha (Kuta Golf Link Resort). Pantai ini sangat indah dengan hamparan pasir putih, air laut yang berwarna biru cerah. Bikini-bikini yang dipakai para wisatawan asing. Yang sangat disayangkan adalah adanya sampah di depan took souvenir dan warung.
Nama Dreamland itu ada ceritanya lho..alkisah dulu daerah Pecatu sangat tandus, gersang dan panas hingga datanglah Tomy Soeharto (putra Alm Bpk Soeharto) untuk mengubah tenmpat ini menjadi tempat kawasan wisata terbesar dan terunik di kawasan Asia Tenggara namun karena kendala tempat ini terbengkelai karena kondisi krisis moneter pada tahun 2008 dan masalah-masalah lainnya. Dulunya warga Desa pecatu adalah petani ingin beralih profesi di bidang pariwisata. Jadi dimamakan DREAMLAND.









Tujuan Terakhir hari ke dua adalah Pura Luhur Uluwatu, berada di wilayah Desa Pecatu, Kecamatan Kuta, Badung. Pura ini berdiri megah di ketinggian 97 meter di atas permukaan laut berpijak pada anjungan batu karang terjal dan tinggi serta menjorok ke laut, di ujung barat daya pulau Bali.
Dari atas sini kita bisa melihat deburan ombak yang menghantam dinding karang yang menghasilkan buih-buih putih yang indah. Tujuan utama kami kesini adalah menonton Tari Kecak yang dipentaskan menjelang matahari terbenam, namun kedatangan kami sedikit lebih cepat sehingga kami harus menunggu sedikit lama untuk menonton tari kecak.
















Rabu, 26 Februari 2014

Bali (Day 1)

Sedikit berbagi cerita mengenai liburan kami di Bali tahun lalu, bisa dibilang liburan kali ini dengan budget minim tapi puas dan menyisakan kerinduan akan kembali lagi ke pulau ini. Pesan tiket pesawat, mobil dan hotel 3 bulan sebelumnya.

Day 1 :
Perjalanan hari 1 adalah nonton tari barong di Ubud, sebenarnya saya berharap bisa nonton bareng turis-turis tetapi ada daya seluruh pengunjung adalah wisatawan lokal yang masih duduk di SD-SMA.
sedikit bercerita, ada beberapa jenis Tari Barong yang biasa ditampilkan di Pulau Bali, di antaranya Barong Ket, Barong Bangkal (babi), Barong Gajah, Barong Asu (anjing), Barong Brutuk, serta barong-barongan. Namun, di antara jenis-jenis Barong tersebut yang paling sering menjadi suguhan wisata adalah Barong Ket, atau Barong Keket yang memiliki kostum dan tarian cukup lengkap.

Secara sekilas, Barong Ket tidak jauh berbeda dengan Barongsai yang biasa dipertunjukkan oleh masyarakat Cina. Hanya saja, cerita yang dimainkan dalam pertunjukan ini berbeda, yaitu cerita pertarungan antara Barong dan Rangda yang dilengkapi dengan tokoh-tokoh lainnya, seperti Kera (sahabat Barong), Dewi Kunti, Sadewa (anak Dewi Kunti), serta para pengikut Rangda.





Setelah selesai menonton Tari Barong, perjalanan dilanjutkan menuju Pura Puseh di desa adat Batuan, Gianyar. Diperjalanan kami sempat mampir ke art & workshop perak di Desa Celuk, Gianyar.








Akhirnya kami tiba di Pura Puseh, semua pengunjung wajib mengenakan kamen (sejenis kain sarung), tidak perlu khawatir jika anda tidak membawa kamen, karena didepan pura ada tempat penyewaan kamen.








Tujuan selanjutnya adalah Pura Tirta Empul, terletak di Desa Manukaya, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar, Bali. Lokasinya tepat di sebelah Istana Presiden di Tampak Siring yang dibangun oleh presiden Soekarno. Pura Tirta Empul terkenal karena terdapat sumber air yang hingga kini dijadikan air suci untuk melukat oleh masyarakat dari seluruh pelosok Bali, tak jarang wisatawan yang berkunjung pun tertarik untuk ikut melukat.

Pura Tirta Empul ini juga merupakan salah satu situs peninggalan sejarah di Bali khususnya Gianyar. Oleh karena itu pula, presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno mendirikan sebuah Istana Presiden tepat di sebelah barat Pura Tirta Empul, Tampak Siring. Para presiden Indonesia yang datang ke Bali biasanya menyempatkan diri singgah ke Istana Presiden Tampak Siring tersebut. Saat ini pura Tirta Empul dan lokasi tempat melukat tersebut merupakan salah satu lokasi wisata unggulan di kabupaten Gianyar.
Konon terdapat sebuah cerita tentang seorang raja yang bernama Mayadenawa, Mayadenawa sangat sakti tetapi jahat. Bhatara Indra pun diutus dari langit untuk membunuh Mayadenawa. Mayadenawa kewalahan lalu melarikan diri dengan berjalan sambil memiringkan telapak kakinya agar tidak terdengar oleh Bhatara Indra. Dari sanalah kemudian muncul nama sebuah desa Tampak Siring. Mayadenawa kemudian meracuni pasukan Bhatara Indra dengan air yang sudah diracuni, Bhatara Indra lalu menancapkan sebuah bendera ke tanah dan tersembur air yang dijadikan penangkal racun Mayadenawa. Konon sumber air itulah yang kini disebut Tirta Empul.












Tercatat dalam Ootswaarts (1923) atau "Ke Timur" sebuah buku yang ditulis oleh Louis Couperus (1863-1923), keelokan pemandangan dari Kintamani membuat Ootswaarts jatuh cinta. Pemandangan dari Penelokan dideskripsikan secara puitis di bukunya. Panorama Gunung Batur yang terkadang tertutup kabut dan Danau Batur yang merefleksikan gambaran Gunung Batur membuat mata seakan enggan untuk berkedip. Lekuk-lekuk bekas lahar yang akan tampak setelah arakan awan membuka diri membuat lanskap Gunung Batur semakin mempesona.

Salah satu objek wisata di Kintamani adalah Gunung Batur yang merupakan gunung tertinggi kedua di Bali setelah Gunung Agung. Alkisah dalam Lontar Usana Bali, Gunung Batur dibuat oleh Batara Pasupati yang memindahkan puncak Gunung Mahameru untuk dijadikan istana Dewi Danu, dewi air, ke Bali. Gunung yang merupakan salah satu gunung berapi aktif di Indonesia ini memiliki kaldera yang dianggap sebagai salah satu kaldera terbesar dan terindah di dunia. Kaldera ini terbentuk setelah dua letusan besar yang terjadi puluhan ribu tahun lalu.